I absolutely understand you are already older than 18 years old, and able to differ which is good and which is in the contrary. Some words may be against the law or impolite accordingly with your faith, however, they are published under recognition of local court and emotionally acceptable, for some reasons...So without further ado here is the 'shit':
"Oh God, apakah ini hidup yang kau berikan padaku?", batin Joey semakin tersedak saat bayangan hidup yang kelam lagi-lagi menghinggapi alam pikirannya. Julukan pengangguran yang kian hari semakin memuakkan telinga tetap saja disandang. Tatapan miris para tetangga, sunggingan ibu-ibu tetangga, ocehan bapak-bapak di warung kopi, semuanya menggosip tentang Joey si Penganggur kelas kakap. Takkan pernah puasnya membicarakan kebobrokan orang lain. Tak pernah berkaca pada diri sendiri, tak pernah mau introspeksi diri sendiri. Senang dengan kesusahan orang dan susah dengan kesenangan orang lain. Alam pikiran konyol, bodoh, namun tak pernah mau sadar. Entah kenapa para manusia-manusia ini senang sekali mencibir.
Sakit sekali saat harus menderita tanpa tahu sebab musabab. Harus rela menerima segala hal yang mereka sebut dengan kata 'takdir'. Lagi-lagi Joey hanya bisa membatin: 'Apa iya takdir itu tak dapat dikendalikan'. Siapa didunia ini yang mau hidup menderita, siapa diantara mereka yang ingin hidup dibawah kendali orang lain. Semua insan ingin diatas, tidak ingin dipijak-pijak, apalagi harga diri nya. Si tukang parkir pastinya tidak pernah menduga bila hidupnya harus tergantung dari peluit busuk dan berdiri mengatur kendaraan dibawah terik panas matahari, dibawah derasnya hujan, hanya tuk mendapatkan Rp 500,-. Ia hanya bisa menatap kendaraan-kendaran mewah mampir sebentar dan berlalu, Ia hanya bisa melirik gadis manis dan nyonya serta om-om itu duduk manis dijok kendaraan dengan full AC juga musik bahkan juga setelan video Car LCD. Seratus persen melenceng dari mimpi masa kecilnya dulu.
Sekali waktu, si anak kecil itu juga pasti pernah bermimpi tuk dapat makan di dalam Restoran mewah ini. Namun akibat takdir, ia hanya bisa duduk menggendong adiknya, memasang muka sesedih mungkin dan menyodorkan ember kecil, berharap orang yang telah kenyang makan rela berbagi berbagi kenikmatan, walalu cuma recehan. Sesekali mungkin rejeki menghampirinya, namun tak jarang ia hanya mendapatkan lirikan pedas, atau ucapan kata 'maaf'. Dilain waktu ia bisa saja menjadi santapan para Satpol PP, yang siap sedia dengan senang hati menendang ember kecilnya, lalu meludahi adik kecilnya, memaki dengan kata-kata yang belum ia pahami. Nah, apakah itu juga takdir? dan apakah semua itu harus ia jalani dengan sepenuh hati? harus dapat mengambil hikmah? anak seperti itu belum mengerti mengambil hikmah, yang ia tahu hanya mengambil uang yang diberikan orang-orang yang mau berbagi rejeki. Bukan mengharapkan makian, bukan mengharapkan nasehat dan ocehan dari orang-orang "suci".
di dunia sebelah sana, seorang ABG dengan langkah pasti berjalan memasuki mall, disana teman-temannya yang lain sudah berkumpul, bercanda tawa. Si gadis punya HP yang lumayan bermerk mahal, di tas jinjingnya ada kunci Toyota Yaris keluaran terbaru. Dompet berwarna pink berisi berbagai macam ATM, siap digesek ke segala merk BANK. Beli baju baru, celana baru, sepatu, make up, atau HP baru lagi, bukanlah hal yang susah. Baginya semua itu tidaklah seberapa bila dibandingkan dengan segala kemewahan lainnya yang dapat ia raih hanya dengan menengadahkan telapak tangannya kepada sang PAPA atau MAMA. Sekali lagi Takdir kah itu!
SHIT will never END!!!
No comments:
Post a Comment